Berbeda dengan siswa pada program pelatihan Bahasa Inggris yang usia pemelajarnya sangat beragam, siswa pada program BIPA umumnya adalah pemelajar dewasa. Strategi yang digunakan dalam mengajar anak-anak atau remaja tentunya akan berbeda dengan strategi yang digunakan dalam mengajar siswa berusia dewasa. Oleh karena itu, ada baiknya jika pengajar mengenali karakteristik pemelajar dewasa. Dengan mengenali karakteristik siswa secara baik, diharapkan pengajar akan dapat merancang pembelajaran dan desain kegiatan belajar yang sesuai. Lalu, apa sajakah karakteristik pemelajar dewasa?
Knowles dkk. (2015) mengemukakan bahwa ada enam karakteristik yang dimiliki oleh pemelajar dewasa. Karakteristik yang pertama adalah kebutuhan orang dewasa untuk mengetahui sesuatu. Menurut Knowles dkk. (2015) orang dewasa perlu mengetahui alasan mengapa mereka mempelajari sesuatu sebelum mulai belajar tentang hal tersebut. Dalam konteks ini, pengajar bertugas sebagai fasilitator yang membantu pemelajar untuk memahami perbedaan antara kemampuan mereka sebelum dan setelah pembelajaran. Karakteristik yang kedua adalah mengenai konsep diri pemelajar. Orang dewasa dipandang sebagai individu yang bertanggung jawab atas keputusan mereka sendiri (Knowles dkk., 2015). Itulah sebabnya pemelajar dewasa akan menolak atau menentang situasi yang membuat mereka merasa dipaksa untuk melakukan hal-hal yang di luar kehendak. Hal yang dapat dilakukan oleh pengajar adalah dengan melibatkan siswa atau meminta pendapat dan masukan mengenai kegiatan pembelajaran di kelas. Hal ini diharapkan dapat membuat siswa merasa terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan arah pembelajaran sehingga mereka pun akan lebih partisipatif dalam mengikuti KBM. Karakteristik yang ketiga adalah mengenai fungsi pengalaman bagi siswa. Pengalaman adalah sumber pembelajaran yang sangat berharga yang dimiliki oleh pemelajar dewasa (Knowles dkk., 2015). Pengajar yang memiliki siswa berusia dewasa disarankan untuk melibatkan pengalaman siswa ke dalam proses belajar mengajar. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode diskusi kelompok, simulasi, kegiatan menyelesaikan masalah (problem-solving activities), atau studi kasus. Orang dewasa juga memandang identitas diri mereka berdasarkan pengalaman yang dimiliki (Knowles dkk., 2015). Itulah sebabnya jika pengalaman pemelajar dewasa diabaikan atau tidak dihargai, mereka akan melihat hal tersebut sebagai penolakan atas identitas diri mereka. Karakteristik keempat adalah kesiapan orang dewasa dalam belajar. Orang dewasa umumnya memiliki kesiapan dalam mempelajari hal-hal yang perlu mereka ketahui untuk mengatasi masalah pada situasi atau konteks yang nyata (real-life situations) (Knowles dkk., 2015). Artinya, pemelajar dewasa cenderung langsung mengaplikasikan apa yang dipelajari di kelas ke konteks nyata di luar kelas. Karakteristik yang kelima adalah mengenai orientasi mereka terhadap pembelajaran. Motivasi yang dimiliki oleh pemelajar dewasa berasal dari pandangan mereka yang beranggapan bahwa pembelajaran yang diikuti akan membantu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi di luar kelas (Knowles dkk., 2015). Karena itulah orang dewasa biasanya dapat belajar dengan baik ketika dihadapkan dengan konteks penggunaan materi yang sesuai dengan situasinya di dunia nyata. Karakteristik yang terakhir adalah mengenai motivasi. Meskipun pemelajar dewasa mungkin merespons baik motivasi ekstrinsik (eksternal), tetapi yang paling berpengaruh pada sikap dan tindakan mereka adalah motivasi intrinsik (Knowles dkk., 2015).
Karakteristik pemelajar dewasa yang dikemukakan oleh Knowles dkk. (2015) sejalan dengan hasil pengamatan dan pengalaman penulis sebagai pengajar BIPA. Pemelajar dewasa di kelas BIPA umumnya menggunakan pengalaman pribadi mereka sebagai salah satu sumber acuan atau rujukan ketika belajar. Hal ini konsisten dengan karakteristik ketiga yang disebutkan oleh Knowles dkk (2015). Karakteristik lainnya yang dapat dengan mudah diamati adalah kesiapan untuk belajar (keempat) dan orientasi terhadap pembelajaran (kelima). Ketika dihadapkan dengan topik atau materi tertentu, pemelajar BIPA berusia dewasa umumnya akan membayangkan diri mereka berada di situasi tertentu dan kemudian mengajukan kemungkinan masalah atau kendala yang mungkin terjadi. Biasanya mereka juga akan menggunakan pengalaman mereka sebagai rujukan. Berikut adalah beberapa cuplikan kisah pemelajar dewasa di kelas BIPA. Ketika membahas tentang topik pendidikan dan sekolah, seorang siswa BIPA yang juga ibu dari tiga orang anak secara otomatis langsung terpikir tentang isu perundungan. Beliau menghubungkan pengalamannya di masa sekolah ketika di negara asal dengan kemungkinan jika anak-anaknya bersekolah di Indonesia. Meskipun topik pelajaran ketika itu tidak membahas atau menyinggung tentang tema perundungan di sekolah, tetapi siswa langsung bertanya tentang padanan kata bullying dalam bahasa Indonesia. Beliau menyatakan bahwa dirinya ingin mengetahui kosakata yang sesuai agar jika kemungkinan terburuk terjadi, dia dapat menyampaikannya dan berkomunikasi dengan baik dengan pihak sekolah. Contoh berikutnya adalah ketika membahas tentang topik berbelanja, seorang siswa BIPA kemudian menyampaikan pengalamannya saat membeli barang di lokapasar (marketplace). Meskipun dia mampu menyelesaikan transaksi dan membeli barang, dia rupanya kebingungan ketika menemui masalah dalam hal pengiriman. Siswa tersebut kemudian bertanya mengenai cara dan ungkapan yang sesuai yang dibutuhkannya dalam menyelesaikan masalah pengiriman tersebut. Contoh lainnya adalah ketika membahas tentang topik teknologi, seorang siswa menyampaikan bahwa internet di rumahnya sudah berhari-hari mengalami gangguan, tetapi belum ada teknisi yang datang untuk memperbaiki. Siswa tersebut kemudian bertanya mengenai cara mengajukan keluhan dan ungkapan-ungkapan yang dapat digunakan untuk meminta tindak lanjut dari pihak penyedia layanan internet.
Cuplikan di atas merupakan gambaran karakteristik pemelajar dewasa dan potretnya di kelas BIPA. Semoga dengan mengenal karakteristik pemelajar dewasa dan cuplikan kisahnya dapat membantu pengajar dalam merancang dan mempersiapkan pembelajaran yang sesuai. [Rika Nuriana]
*Penulis adalah pengajar Bahasa Inggris dan BIPA di Balai Bahasa UPI
Referensi:
Knowles, M. S., Holton III, E.F., & Swanson, R.A. (2015). The adult learner: The definitive classic in
adult education and human resource development (8th ed.). Routledge.