Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing Jepang

          Di bidang pendidikan, Indonesia telah berhasil melakukan berbagai kerja sama dengan universitas luar negeri. Selain itu angka permintaan pertukaran pelajar selalu meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu, bahasa Indonesia perlu dipelajari agar dapat membangun interaksi yang lebih erat dan membuka peluang yang lebih luas. Kemampuan berbahasa asing merupakan skills yang akan tetap relevan untuk dipelajari, begitupun dengan orang-orang asing yang mempelajari bahasa Indonesia.

          Satu kesempatan terbuka untuk mengajarkan bahasa Indonesia kepada penutur asing Jepang telah saya lakukan. Bapak Mizuta yang berasal dari Kota Yamaguchi di pusat prefektur, adalah seseorang yang tertarik dengan bahasa Indonesia dan pernah singgah di beberapa kota besar di Indonesia. Sepekan sebelum saya dan Bapak Mizuta melakukan pembelajaran secara daring melalui zoom meeting, saya menghubunginya terlebih dahulu melalui e-mail dan berdiskusi terkait jadwal serta level bipa yang dimilikinya. Pembuatan RPP, bahan ajar, metode dan media ajar dilakukan untuk dua kali pertemuan. Materi perkenalan dan kegiatan sehari-hari coba saya berikan kepada Bapak Mizuta dengan waktu belajar 45 menit untuk satu kali pertemuan.

          Bapak Mizuta dengan tenang menyimak penjelasan terkait materi yang disampaikan, pertanyaan-pertanyaan dasar muncul seiring dengan pengetahuan yang sudah Bapak Mizuta ketahui. Tata bahasa merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam penyampaian agar penutur dapat memahami konteks dan juga kesesuaian dengan bahasa sasaran. Konsep ketatabahasaan bahasa Jepang berbeda jauh dengan bahasa Indonesia, misalnya bentuk struktur kalimat bahasa Jepang menggunakan pola Subjek (S) Objek (O) Predikat (P), sedangkan struktur kalimat bahasa Indonesia menggunakan pola Subjek (S) Predikat (P) Objek (O), bahasa Jepang juga mengenal pola perubahan kata benda yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia.  Oleh karena itu, diperlukan pemahaman tentang aturan atau kaidah-kaidah yang terdapat pada bahasa tersebut agar menghasilkan suatu bahasa yang komunikatif.

          Informasi mengenai kebudayaan juga disampaikan pada akhir sesi pembelajaran dan dilanjutkan oleh cerita Bapak Mizuta terkait ketertarikannya dengan Indonesia. Pengalamannya yang menginjakkan kaki di beberapa kota besar di Indonesia membuat saya kagum, pengetahuannya tentang budaya Indonesia membuat saya bangga. Hal tersebut membuat pikiran saya terbuka akan indahnya Indonesia dan mengajarkan orang lain adalah suatu hal yang membuat saya lebih banyak belajar. Memiliki growth mindset membuat saya mau belajar hal-hal baru dan memperbaharui apa yang sudah pernah dikuasai sebelumnya. Ketika memiliki mental growth mindset ini, kita tidak akan mudah takut dengan kegagalan karena kita sadar bahwa itu adalah proses belajar. Seseorang yang memiliki pola pikir ini memahami bahwa kemampuan dan bakatnya dapat terus berkembang dengan kerja keras dan dedikasi. Saya menanamkan pola pikir tersebut untuk terus belajar dan bisa mengajarkan kembali kepada orang lain, khususnya bahasa Indonesia. [Cindi Nursinta]