Romanisasi Bahasa Korea

Bahasa Korea memiliki huruf yang berbeda dari bahasa Indonesia yang digunakan dalam tulisan yang sedang Anda baca ini. Huruf Korea atau 한글 (Hangeul) memiliki sistem penulisan tersendiri sehingga menjadi sebuah tantangan bagi pengguna alfabet latin untuk membaca Hangeul. Namun bukan berarti orang yang tidak bisa membaca Hangeul kemudian tidak bisa membaca dan menulis dalam bahasa Korea, karena ada yang dinamakan “Romanisasi”. Romanisasi huruf Korea merupakan representasi cara pembacaan Hangeul dalam alfabet latin. Terdapat beberapa versi aturan romanisasi, namun yang paling banyak digunakan di Korea adalah versi Revised Romanization of Korean yang dirilis oleh Kementerian Budaya dan Pariwisata Korea.

 

Berdasarkan laman resmi National Institute of Korean Language Republic of Korea, terdapat dua prinsip dasar romanisasi, yaitu:

 

  1. romanisasi dibuat berdasarkan pelafalan standar Bahasa Korea; dan
  2. menggunakan huruf latin sebisa mungkin tanpa ada tambahan simbol lainnya.

 

Sama seperti huruf latin, Hangeul terdiri atas huruf vokal dan konsonan.  Terdapat 21 buah huruf vokal dan 19 buah huruf konsonan. Tiap huruf vokal dan konsonan terbagi menjadi bentuk dasar dan ganda. Romanisasi dari huruf-huruf tersebut sudah disesuaikan berdasarkan cara pelafalannya.

 

Berikut ini merupakan huruf Hangeul beserta romanisasinya.

 

Balai Bahasa UPI

 

Sumber: https://letslearnkoreanwithtracie.weebly.com/hangeul.html

 

Meski sudah ditentukan secara resmi mengenai romanisasi setiap huruf Hangeul, namun pada praktiknya pelafalan beberapa huruf lumayan tricky. Seperti pelafalan huruf (eo), (yeo), (ae),  (wae), (oe), (ui), (g,k), (r,l), juga perbedaan pelafalan antara konsonan dasar dan konsonan ganda.

 

Romanisasi biasanya digunakan untuk mempermudah dalam mengenal huruf Hangeul bagi pemula; belajar percakapan dasar bagi turis yang ingin berwisata ke Korea; ataupun menghafalkan lirik lagu penyanyi kesayangan bagi fans internasional. Tidak hanya di luar Korea, romanisasi Hangeul juga dipakai di dalam negara Korea. Biasanya digunakan dalam papan petunjuk jalan atau papan informasi, terutama di tempat-tempat destinasi wisata untuk memudahkan turis dalam berwisata. Oleh karena itu, tidak perlu merasa khawatir jika ingin berjalan-jalan ke Korea namun belum bisa membaca Hangeul. Romanisasi Hangeul akan dengan mudah ditemukan sejak dari bandara, di stasiun kereta, juga di sepanjang jalan. Setiap nama stasiun kereta maupun kereta bawah tanah di kota-kota besar di Korea selalu diberi romanisasi. Menu makanan di tempat-tempat popular, seperti Myeongdong juga disertai dengan romanisasi.

 

Romanisasi pada papan petunjuk jalan.

 

Balai Bahasa UPI

 

Sumber: Dokumentasi pribadi penulis

 

Romanisasi pada nomor rumah atau gedung. Gambar yang tertera merupakan alamat KBRI di Korea.

 

Balai Bahasa UPI

 

Sumber: Dokumentasi pribadi penulis

 

Romanisasi pada nama stasiun kereta.

 

Balai Bahasa UPI

Sumber: Dokumentasi pribadi penulis

Romanisasi pada nama sebuah objek wisata.

Balai Bahasa UPI

Sumber: Dokumentasi pribadi penulis

Romanisasi memang mempermudah mereka yang bukan penutur jati bahasa Korea untuk memahami bahasa Korea. Namun jika hanya mengandalkan romanisasi maka akan sulit untuk menguasai bahasa Korea dengan baik. Hal tersebut disebabkan banyaknya pelafalan bahasa Korea yang sulit diterjemahkan ke dalam bentuk romanisasi. Seperti pelafalan huruf “” yang diwakili dengan romanisasi “eo” sebenarnya memiliki pelafalan yang lebih mirip dengan huruf “o” bukan “e dan o” sehingga SEOUL sebagai ibukota Korea seringkali dilafalkan sebagai “Se-o-ul” alih-alih “So-ul”. Jika mengobrol dengan warga Korea dan menyebutkan SEOUL dengan pelafalan “Se-o-ul” tentu mereka tidak akan mengerti dengan apa yang dimaksud.

Balai Bahasa UPI

Sumber: Dokumentasi pribadi penulis

Alih tulisan dari Hangeul ke romanisasi juga cenderung menyesuaikan dengan penutur bahasa Inggris sehingga kesalahan dalam membaca romanisasi banyak dilakukan oleh penutur bahasa Indonesia. Nama artis Korea kerap kali menjadi korban salah kaprah pelafalan karena romanisasinya. Misalnya artis “김수현” yang memiliki romanisasi nama “Kim Soo Hyun”. Orang Indonesia akan melafalkan namanya sebagai “Kim So-o Hyun”, padahal itu tidak tepat. Huruf “O”  ganda pada “Soo” seharusnya dibaca “U” menjadi “Su” karena mengikuti penulisan bahasa Inggris seperti pada kata “spoon” yang dibaca “spun”. Pelafalan “Hyun” menggunakan “U” juga kurang tepat karena pelafalan yang mendekati aslinya jika menggunakan “O” akan menjadi “Hyon”. Sehingga pelafalan oleh lidah orang Indonesia untuk nama “김수현” yang mendekati aslinya adalah “Kim Su Hyon”.

Balai Bahasa UPI

Sumber: https://www.mk.co.kr/star/movies/view/2017/06/434957/

Romanisasi diperlukan bagi bukan penutur jati yang ingin berwisata ke Korea, sekadar penasaran dengan bahasa Korea, atau bagi yang sedang belajar pada tahap pemula. Namun jika ingin belajar dan melafalkan bahasa Korea dengan benar, tetap harus belajar membaca Hangeul_mengingat tidak semua pelafalan asli Korea terwakili oleh romanisasi. Jika ingin bisa membaca Hangeul dan mempelajari bahasa Korea lebih dalam, bisa mendaftarkan diri untuk mengikuti kursus di Balai Bahasa UPI. [Siti Sajidah]