Minat vs Bakat: Mana Yang Harus Diutamakan?

Pernahkah Anda merasa anak Anda berbakat di satu bidang tapi lebih memilih untuk menekuni bidang lain yang sama sekali tidak berhubungan dengan minatnya?

Penulis kira, ini bukan hal baru dan bisa jadi Anda adalah salah satu orang yang sebetulnya berbakat di bidang tertentu namun karena satu dan lain hal sehingga Anda tidak mendalami bakat tersebut. Setidaknya ada dua reaksi ketika seseorang mengalami situasi ini: ada yang justru menikmatinya, ada juga yang menyesal dan berandai-andai jika dulu lebih memilih menekuni bakatnya.

Bagi mereka yang menyesal dan saat ini telah menjadi orang tua, sedikitnya ada harapan bahwa anak mereka bisa mengembangkan bakat mereka dan sukses di bidang yang dikembangkannya. Namun tidak jarang pula ketika orang tua sudah “mendesain” pendidikan bagi anak mereka berdasarkan bakatnya, sang anak malah tidak berminat mendalami bakatnya. Sebaliknya, sang anak justru memiliki minat yang sama sekali tidak berkaitan dengan bakatnya.

Nah, jika Anda sebagai orang tua dihadapkan pada pilihan antara mengembangkan bakat atau mendukung minat anak Anda, pilihan mana yang akan Anda ambil?

Beberapa orang mungkin akan menekankan pada pengembangan bakat anak mereka. Pengalaman masa lalu mungkin mendasari pilihan ini. Namun ternyata, berdasarkan berbagai studi dan pendapat para ahli, mendukung anak untuk mengikuti minatnya adalah pilihan yang lebih baik.

Setidaknya ada dua alasan mengapa mendukung minat anak dianggap lebih penting daripada mengembangkan bakat anak:

1. Minat adalah cikal bakal kesuksesan

Jika diterjemahkan secara sederhana, minat adalah motivasi untuk mencoba atau mengetahui sesuatu lebih dalam. Keinginan atau hasrat adalah “bahan bakar” bagi motivasi atau antusiasme dalam melakukan sesuatu. Sementara motivasi adalah salah satu faktor—jika bukan faktor utama—yang menentukan kesuksesan seseorang baik di tingkat individu maupun sosial.

Banyak contoh figur-figur terkenal yang sangat sukses di bidangnya karena mereka adalah orang-orang yang memiliki motivasi yang kuat di bidang yang mereka tekuni. Dalam konteks yang lebih spesifik yaitu pengembangan karir, sering pula kita jumpai bahwa orang yang memiliki motivasi untuk melakukan suatu pekerjaan memiliki peluang lebih besar untuk diterima di suatu perusahaan dan berhasil di dalam pekerjaannya.

Hal ini menunjukkan bahwa ketika seorang anak memiliki keinginan atau hasrat yang kuat untuk menekuni sesuatu, ia cenderung akan melakukannya dengan lebih baik (lebih akurat, lebih cepat, lebih berkualitas) dibandingkan dengan anak yang kurang antusias terhadap hal tersebut. Kalaupun anak tersebut tidak langsung berhasil di awal, ia akan dengan sukarela mencurahkan waktu dan tenaganya untuk mencoba terus sampai berhasil.

Oleh karenanya, minat menjadi penting karena dengan hal tersebut seorang anak akan termotivasi (dengan senang hati menginvestasikan waktu dan tenaganya) untuk mencapai tujuannya. Tanpa minat, seorang anak tidak akan termotivasi untuk melakukan sesuatu dengan baik, atau kalaupun melakukannya, ia akan membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikannya (keduanya akan menghambat keberhasilan anak tersebut).

2. Bakat tanpa minat cenderung tidak akan tumbuh

Bakat dianggap sebagai sesuatu yang sifatnya gifted atau bawaan lahir. Oleh karenanya, setiap orang memiliki bakatnya masing-masing. Namun, bakat tidak akan menghasilkan apa-apa dan cenderung mati jika tidak didukung oleh minat.

Sebagai ilustrasi, mari kita berbicara sedikit tentang caviar. Kebanyakan orang mungkin tidak tahu makanan barat yang satu ini. Faktanya, caviar adalah salah satu makanan termahal di dunia. Harganya bisa mencapai $100 atau sekitar Rp1,4 juta per ons. Namun tahukah Anda bahwa bahan utama caviar adalah telur ikan sturgeon? Ya, telur ikan! Jelas ukurannya lebih kecil dari telur ayam yang bisa jadi lebih populer di kalangan orang Indonesia. Lalu apa yang membuat caviar sangat mahal? Selain konon merupakan makanan para raja barat zaman dahulu dan dapat meningkatkan vitalitas pria, ternyata yang membuat harga caviar melambung adalah proses pembuatannya yang mensyaratkan banyak kondisi khusus. Bayangkan jika telur ikan sturgeon tersebut tidak diolah, barangkali tidak ada orang yang mau membeli bahkan sampai memakannya.

Ilustrasi di atas dapat diterjemahkan bahwa bakat tanpa “polesan” akan tetap menjadi bahan baku mentah, tidak akan bermanfaat atau menghasilkan sesuatu bagi pemiliknya (selain—mungkin—kepuasan pribadi). Polesan diperlukan untuk membuat bakat menjadi berkilau.

Namun, sebagaimana dalam proses pembuatan berlian, diperlukan banyak langkah yang harus ditempuh sampai akhirnya sebuah bakat terlihat kemilaunya. Langkah-langkah yang terkadang panjang dan melelahkan tersebut sulit dicapai jika pemilik bakat tidak memiliki minat di bidang tersebut.

Berdasarkan dua alasan di atas, dapat disimpulkan bahwa minat menempati posisi yang vital dalam proses perkembangan seorang anak. Tentu semua orang tua berharap bahwa minat dan bakat anak mereka selaras sehingga potensi anak mereka akan melejit dan lebih cepat meraih kesuksesan di bidangnya. Namun jika minat dan bakat anak ternyata tidak sejalan, orang tua disarankan untuk mendukung minat anak tersebut.

Lalu apa bentuk dukungan orang tua dalam mendukung minat anaknya? Bagaimana orang tua dapat mengetahui minat anaknya? Bagaimana pula orang tua dapat mengetahui bahwa minat yang sedang ditekuni berjangka panjang, bukan sesuatu yang sifatnya sementara? Pertanyaan-pertanyaan di atas akan dijawab dalam seri artikel berikutnya.

Jika anak Anda berminat mempelajari bahasa Inggris dengan lebih dalam dan dengan cara yang menyenangkan, silakan cek layanan English for Young Learners (EYL) dan English for Teenagers (EfT) Balai Bahasa UPI. Sekarang, anak Anda dapat belajar dari mana saja karena kelas-kelas EYL dan EfT dilaksanakan secara daring (online). [Fauzi Yudiashari]