Drama dalam Pengajaran BIPA
Pembelajaran BIPA terdiri atas empat keterampilan berbahasa, yaitu menulis, membaca, menyimak dan berbicara. Berbagai metode dan media dapat diaplikasikan sebagai pembelajaran di kelas BIPA. Salah satunya adalah drama atau bermain peran. Drama merupakan bagian dari genre sastra yang bisa diajarkan di kelas BIPA.
Drama adalah genre sastra yang menggambarkan gerak kehidupan manusia. Drama menggambarkan realitas kehidupan, karakter dan perilaku manusia melalui partisipasi dan dialog yang dipentaskan. Cerita dan kisah-kisah dalam drama, konflik, dan beban emosional secara khusus ditujukan untuk pertunjukan teater. Drama membutuhkan kualitas komunikasi, situasi dan tindakan. Kualitas dapat dilihat dari bagaimana konflik atau masalah dapat disajikan secara keseluruhan dan dalam drama pementasan.
Dalam konteks kemampuan produktif berbahasa, drama mampu meningkatkan keterampilan berbahasa pemelajar bahasa. Dalam drama, pemelajar bahasa dilatih untuk dapat melafalkan dialog dengan benar dan menghafalkannya dengan baik. Hal ini menjadi stimulus bagi pemelajar bahasa dalam meningkatkan kemampuan berbahasanya karena pemelajar dikondisikan dalam situasi ‘bermain’.
Penggunaan drama sebagai media pembelajaran bahasa juga merupakan kegiatan integratif dengan pembelajaran budaya Indonesia, jika cerita yang diangkat adalah cerita rakyat. Pemelajar juga akan diajarkan tarian tradisional. Selain itu, drama pun memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai cerita rakyat Indonesia. Melalui alur cerita, siswa memahami tafsir budaya Indonesia yang terdapat dalam dialog, tari, riasan wajah, dan kostum yang sesuai konteks cerita.
Drama mampu menjadi kegiatan efektif dalam belajar bahasa, baik dalam konteks bahasa pertama atau bahasa kedua. Dalam drama, dialog disusun berdasarkan jalinan alur yang logis. Bahasa drama memungkinkan untuk meningkatkan keterampilan bahasa seseorang sebab dialog akan terus diucapkan secara berulang. Pengulangan pelafalan tersebut dapat melatih artikulasi, intonasi, pemaknaan kata–kalimat, dan penggunaannya sesuai dengan konteks situasi. Kekuatan drama yang bertumpu pada bahasa (dialog) mampu menjadikan drama sebagai media pembelajaran bahasa yang efektif dan interaktif. Drama pun dapat menjadi media pembelajaran yang interaktif karena mengandung kalimat yang menjadi dialog antartokoh dan pengucapannya disertai gerak, intonasi, ekspresi, dan emosi. Selain itu, ketika sudah menjadi pertunjukan, dialog dalam drama berkaitan dengan elemen lain seperti musik, pencahayaan, kostum, riasan wajah, dan penonton. Hal inilah yang menjadikan drama menjadi media pembelajaran yang menarik minat pemelajar bahasa, minimal dari pemanjaan visual (warna dalam kostum, cahaya, dan riasan wajah) dan keriuhan suasana pentas (musik dan respons penonton). [Burhan Sidiq]