Dalam kehidupan bermasyarakat, komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting. Komunikasi digunakan sebagai interaksi bagi manusia untuk menjalin suatu hubungan dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat dua jenis komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang disampaikan melalui lisan maupun tertulis. Sementara komunikasi nonverbal merupakan komunikasi yang disampaikan melalui gerak tubuh, seperti mimik wajah atau gerakan tangan. Hal ini biasa disebut juga dengan bahasa tubuh atau bahasa isyarat.
Bahasa tubuh pada setiap negara memiliki makna tersendiri. Namun ada juga bahasa tubuh yang memiliki makna umum, artinya gerakan tersebut memiliki makna yang sama di berbagai negara. Contohnya adalah gerakan isyarat menggunakan jari telunjuk yang diletakkan di depan bibir untuk memerintahkan seseorang agar diam. Namun ada juga satu gerakan tubuh di suatu negara yang memiliki makna berbeda di negara lain. Contohnya adalah ketika menyatukan ujung jari telunjuk dan ujung ibu jari membentuk lingkaran. Di Indonesia gerakan ini bermakna “Ok” sama dengan di Amerika, sedangkan di Jepang gerakan ini bermakna “uang”.
Artikel ini akan membahas mengenai bahasa tubuh di Jepang. Terdapat berbagai macam bahasa tubuh yang digunakan oleh orang Jepang. Penggunaan bahasa tubuh atau gesture dalam budaya Jepang disebut dengan istilah Miburi. Miburi merupakan bahasa tubuh dengan menggunakan gerakan tangan, bahu, jari-jari, dan lain-lain. Miburi di Jepang memiliki ciri-ciri yang unik dan khas. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai gerakan umum yang mungkin akan Anda temui saat berada di Jepang.
1. Menyapa
Pada saat orang Jepang menyapa seseorang, bahasa tubuh yang digunakan adalah dengan menundukan kepala bukan berjabat tangan seperti pada umumnya. Gerakan seperti ini disebut juga dengan istilah ojigi. Ojigi dilakukan untuk menghormati lawan bicara. Derajat membungkukkan badan ini menunjukkan arti dari sebuah gerak tubuh dalam berkomunikasi, di antaranya adalah membungkuk 15 derajat (eshaku) biasanya digunakan untuk menyapa orang secara sepintas. Membungkuk 30 derajat (keirei) memiliki makna berterima kasih terhadap seseorang ataupun untuk menyapa para pelanggan. Kemudian membungkuk 45 derajat (saikeirei) digunakan pada situasi formal yang memiliki makna rasa syukur yang dalam, permintaan maaf, maupun meminta bantuan kepada seseorang. Lalu tipe ojigi yang terakhir adalah membungkuk sampai menyentuh lantai atau berlutut (zarei). Tipe ojigi dilakukan ketika acara keagamaan dan meminta maaf secara mendalam.
Berikut adalah ilustrasi cara membungkuk.
(Sumber: http://halojepang.blogspot.com/2012/12/tradisi-membungkuk-ojigi.html, diakses 3 mei 2021)
Berikut ini adalah ilustrasi ojigi ketika memperkenalkan diri.
(Sumber: https://www.hotcourses.co.id/study-in-japan/destination-guides/tata-krama-di-jepang/, diakses 3 Mei 2021)
2. Menunjuk Diri Sendiri
Ketika orang Jepang menunjuk “aku” pada diri sendiri, mereka akan menunjuk hidung menggunakan jari telunjuk. Sementara masyarakat di negara lain biasanya akan meletakkan tangan di dada. Alasan orang Jepang melakukan hal ini adalah bagi orang Jepang ketika dirinya merasa malu, maka yang paling merasa malu adalah bagian hidung. Hidung merupakan anggota tubuh yang paling menonjol, sehingga bagi orang Jepang hidung menunjukkan jati diri mereka.
Berikut adalah ilustrasi menunjuk diri sendiri.
(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=gboLbnAJsl0, diakses 3 Mei 2021)
3. Melewati Orang atau Kerumunan Orang
Bahasa tubuh orang Jepang ketika lewat di depan orang banyak atau lewat di antara orang-orang, yaitu dengan membentuk tangan menyamping dengan menggerakan ke atas dan ke bawah sambil berjalan lewat. Gerakan ini memiliki makna “Chotto sumimasen” (Permisi saya mau lewat).
Berikut ini adalah ilustrasi melewati kerumunan orang.
(Sumber: Makino Akiko. (2001). Minna no Nihongo: Shokyuu II Shokyuude Yomeru Topikku 25. Tokyo: 3A Corporation.)
4. Menyatakan Tidak Mengerti atau Tidak Bisa
Bahsa tubuh orang Jepang ketika menunjukan ketidakpahaman, yaitu dengan menggoyangkan telapak tangan yang dimiringkan di depan wajahnya berkali-kali. Gerakan ini memiliki makna “wakarimasen” (tidak mengerti) atau “dekimasen” (tidak bisa). Berbeda dengan di Indonesia, gerakan seperti ini digunakan oleh orang Indonesia untuk menunjukan rasa “bau tidak sedap”, yaitu dengan mengibaskan berkali-kali tangan di depan wajah.
Berikut adalah ilustrasi menyatakan tidak mengerti/tidak bisa.
(Sumber: https: https://www.youtube.com/watch?v=Y950RBS2Oto&list=TLGGz_10P_sTiOwwMzA1MjAyMQ&t=38s, diakses 3 Mei 2021)
5. Memanggil Seseorang
Bahasa tubuh orang Jepang untuk memanggil seseorang adalah melambaikan telapak tangan menghadap ke bawah, lalu menggerakkan pergelangan tangan naik dan turun ketika memanggil seseorang sambil mengucapkan “kochi ni oide” (Datanglah ke sini). Ketika memanggil anak kecil, sebagian orang Jepang melakukan gerakan ini dengan kedua tangannya. Bahasa tubuh ini diaplikasikan juga oleh orang Jepang kepada Maneki Neko, yaitu boneka atau hiasan kucing yang disimpan di pertokoan. Boneka atau hiasan ini menggerakan tangannya ke atas dan ke bawah seolah-olah memanggil orang untuk datang ke toko tersebut. Hal ini diyakini orang Jepang bahwa gerakan tersebut dapat membawa keberuntungan.
Berikut adalah ilustrasi memanggil seseorang.
(Sumber: https://livejapan.com/id/article-a0000211/ , diakses 3 Mei 2021)
Berikut adalah ilustrasi maneki neno.
(Sumber: https://www.askul.co.jp/p/P277799/, diakses 3 Mei 2021)
6. Saat Berbicara dengan Seseorang
Saat berbicara dengan seseorang, orang Jepang selalu menundukkan tatapannya. Orang Jepang tidak melakukan kontak mata secara langsung pada saat berkomunikasi untuk menghormati lawan bicaranya. Bagi orang Jepang, berkomunikasi dengan kontak mata secara langsung menunjukkan sikap kurang ajar dan menantang. Jadi orang Jepang akan melirik wajah lawan bicaranya hanya sekejap atau sesekali saja.
Berikut adalah ilustrasi saat berbicara dengan seseorang.
(Sumber: https://toyokeizai.net/articles/-/405573, diakses 3 Mei 2021)
Demikian uraian singkat ihwal komunikasi nonverbal orang Jepang yang umumnya mereka gunakan dalam kehidupan sehari hari. Masih banyak kode-kode atau isyarat lainnya yang cukup menarik untuk dibahas, lalu dibandingkan dengan tata cara komunikasi nonverbal bangsa-bangsa lainnya di dunia, setidaknya dengan cara komunikasi nonverbal orang Indonesia. Dari hasil kajian bandingan tersebut, setidaknya akan mempermudah untuk saling memahami antara orang Jepang dengan orang asing lainnya termasuk dengan orang Indonesia. [Intan Dwi Dahidi]