Pandemi covid 19 telah mengubah aktivitas belajar dan mengajar menjadi kurang kondusif. Para siswa dan pengajar hingga saat ini masih beraktivitas di rumah masing-masing. Dengan menggunakan media yang dapat melakukan pertemuan secara daring, para siswa dan pengajar dituntut untuk beradaptasi dengan situasi yang sulit ini. Pada bulan November 2019, kelas daring pertama dari program Bahasa Jepang telah dibuka oleh Balai Bahasa UPI. Para siswa program Bahasa Jepang dengan semangat mengikuti kelas dan kini mulai terbiasa dengan adaptasi pembelajaran daring.
Di tengah masa pandemi, para siswa tentunya memiliki pengalaman berbeda terkait dengan pembelajaran secara daring. Untuk mengetahui pengalaman belajar yang dirasakan siswa, tim pengajar berkesempatan mewawancarai salah satu siswa program Bahasa Jepang, yaitu Pak Ismail Fahmi yang saat ini tinggal di Amerika. Saat wawancara, Pak Ismail menunjukkan hasil belajarnya dengan memperkenalkan diri menggunakan bahasa Jepang.
“Ismail Fahmi desu. Sanjyuu go sai desu. Indonesia jin desukedo, Amerika ni sundeimasu”
Nama saya Ismail Fahmi, umur saya 35 tahun. Saya asli orang Indonesia, tetapi tinggal di Amerika.
Pak Ismail saat ini sedang mengikuti program kelas Bahasa Jepang, bisa diceritakan pengalaman atau kesan pak Ismail selama belajar bahasa Jepang di Balai Bahasa UPI?
Pengalaman belajar di Balai Bahasa UPI yang saya rasakan adalah saya menjadi lebih termotivasi untuk belajar bahasa Jepang karena sensei (guru) tidak menyalahkan siswanya. Saat saya masih membuat kesalahan dalam membaca huruf hiragana, sensei malah memberikan kesempatan kepada saya untuk mencoba mengulang lagi dengan memberi petunjuk agar saya dapat memberikan jawaban dengan benar. Selain itu, saya dapat berkenalan dengan teman-teman baru kemudian dapat bertemu dengan teman yang memiliki kesamaan hobi.
Dengan situasi pandemi ini, kesulitan apa yang Pak Ismail rasakan dari pembelajaran secara daring?
Sebetulnya saya memang lebih senang belajar melalui kelas daring karena lebih fleksibel untuk mengatur waktu. Jadi, meskipun tidak sedang pandemi, saya akan tetap mengikuti kelas Bahasa Jepang secara daring. Mengenai kesulitan yang dirasakan, terkadang saya mengantuk saat kelas karena adanya perbedaan waktu selama 12 jam antara Amerika dengan Indonesia. Jadwal belajar yang disetujui jam 15.30 WIB, maka waktu di Amerika menjadi jam 3.30 pagi. Satu lagi kesulitan yang baru saya sadari adalah saat belajar untuk menulis huruf kanji. Belajar menulis huruf kanji memang lebih efektif, jika pembelajaran dilakukan secara tatap muka.
Di sela-sela kesibukan pekerjaan dan perbedaan waktu antara Amerika dengan Indonesia, saya sebagai pengajar berterima kasih kepada Pak Ismail yang selalu bersemangat di kelas sehingga mendapatkan nilai A pada setiap ujian. Sebagai penutup wawancara ini, dapatkah Pak Ismail memberikan pesan atau wejangan untuk teman-teman yang baru atau ingin belajar bahasa Jepang?
Menurut saya dalam belajar bahasa Jepang ataupun bahasa asing lainnya kuncinya adalah menghafalkan kosakata dan tata bahasanya. There is no other way, mau tidak mau harus banyak berlatih dan mengulang kembali materi yang sudah dipelajari. Selain itu, cobalah untuk menganalogikan bahasa sesuai dengan bidang yang dipahami. Misalnya, ketika saya belajar bahasa asing, saya kerap kali menganalogikannya dengan bahasa pemrograman seperti, syntax adalah “kosakata” dan pattern adalah “tata Bahasa”. Pesan yang terakhir, jika sudah memutuskan untuk belajar sesuatu, kita harus berkomitmen untuk tetap serius belajar.
Narasumber: Ismail Fahmi
Penulis: Ghaida Farisya
Informasi dan Pendaftaran Pelatihan Bahasa Jepang ada di tautan berikut.