Sepanjang empat belas tahun sejarah penyelenggaraannya oleh Balai Bahasa UPI, baru pada tahun ini, Panitia Pelaksana CONAPLIN (the Conference of Applied Linguistics) hanya menyediakan outlet publikasi ke jurnal. Sekurangnya, ada tiga jurnal terkemuka yang akan menjadi outlet publikasi tersebut, selain tentunya jurnal kebanggaan Balai Bahasa UPI, IJAL (Indonesian Journal of Applied Linguistics).

Pada hari Sabtu, 18 September 2021, salah seorang kurator manuskrip dan anggota Dewan Editor IJAL, Mahardhika Zifana, mengisi materi berjudul “Overview of Common Irregularities in Conaplin 14 Manuscripts” dalam acara Workshop Publikasi CONAPLIN 14 (the Fourteenth Conference of Applied Linguistics). Bukan suatu hal yang kebetulan pula, bahwa Tim IJAL memang sering menghadapi masalah kebahasaan yang tergolong fundamental dalam sebuah manuskrip jurnal, selain tentunya, berbagai masalah lain yang garis besarnya pernah dikemukakan dalam artikel pada tautan https://balaibahasa.upi.edu/artikel-juni-2021-6.

Persoalan bahasa dalam sebuah manuskrip tergolong persoalan yang sangat fundamental karena fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dalam mengemukakan gagasan. Apalagi, bagi IJAL yang merupakan sebuah jurnal linguistik terapan, bahasa Inggris yang baik adalah harga mati. Sayangnya, banyak sekali penulis manuskrip yang tidak memandang serius penulisan dengan bahasa Inggris yang baik. Analisis secara seksama menunjukkan bahwa problematik bahasa Inggris pada manuskrip-manuskrip yang diterima Panitia Conaplin 14 memiliki garis besar kelemahan yang sama dalam persoalan bahasa yang akhirnya memberikan problematik tersendiri bagi manuskrip yang seharusnya sudah layak untuk memasuki tahap publikasi. Berikut adalah beberapa problematik tersebut.

  1. Kesalahan Tipografi (Typographical Errors)

Fakta bahwa ada banyak sekali manuskrip yang memiliki masalah kesalahan tipografi memang sangat mengejutkan. Dalam latar ketika sebuah manuskrip idealnya sudah siap untuk dipublikasikan, kesalahan tipografi adalah jenis kesalahan yang tidak dapat diampuni. Dalam standar jurnal mana pun, bukan hanya IJAL, aspek tipografi adalah aspek yang sangat perlu diperhatikan. Terkadang, sebuah jurnal dapat menolak manuskrip hanya karena kesalahan tipografi pada manuskrip tersebut terlalu masif.

Contoh untuk problematik ini, misalnya ada penulis manuskrip yang menulis wellcome (padahal yang tepat adalah welcome).

  1. Kesalahan Tatabahasa (Grammatical Errors)

Seperti halnya kesalahan tipografi, kesalahan tata bahasa merupakan jenis kesalahan yang sulit untuk diampuni pada latar saat sebuah manuskrip sudah akan dipublikasikan. Sayangnya, banyak penulis manuskrip yang tampak tidak serius dalam memperhatikan aspek gramatika pada manuskrip yang ditulisnya. Pada akhirnya, manuskrip dengan konfigurasi gramatika yang tidak baik akan digolongkan sebagai manuskrip berkualitas rendah, terlepas dari secanggih apapun metode, teori landasan, dan temuan yang disampaikan melalui manuskrip.

Contoh untuk problematik ini, misalnya ada penulis manuskrip yang konsisten dengan kesalahan subject-verb agreement (I has, She have, dsb.).

  1. Bahasa Inggris yang tidak alamiah (Unnatural English)

Banyak penulis manuskrip yang tampaknya tidak menyadari bahwa tulisannya memuat bahasa Inggris yang tidak alamiah. Kemungkinan, para penulis manuskrip ini mengalami interferensi yang terlampau besar dari mother tongue-nya, sehingga tidak memperhatikan bahwa bahasa yang digunakan dapat tergolong tidak alamiah. Mereka merasa cukup memakai grammar spelling dan check pada microsoft office untuk menilai kualitas bahasa Inggris yang mereka gunakan. Padahal, walau bagaimanapun, mesin hanya akan menilai kualitas bahasa berdasarkan algoritma. Kealamiahan hanya dapat diukur dengan rasa (sense) yang ada dalam diri manusia, bukan mesin.

Contoh untuk problematik ini adalah penulis manuskrip yang menggunakan idiom-idiom Indonesia dalam bahasa Inggris. Misalnya: it makes the author headache seven rounds (Hal tersebut membuat penulis bingung tujuh keliling) .

Maka manuskrip pun menjadi tampak lucu jadinya…

Bersambung ke bagian 2

[Mahardhika Zifana]

Skip to content