Semangat Pemelajar BIPA Belajar Bahasa Indonesia

Perubahan sistem pembelajaran dari pembelajaran tatap muka ke pembelajaran daring selama pandemi ini menuntut pengajar menjadi pengajar baru agar dapat memaksimalkan perkembangan pemelajar untuk mencegah Learning Loss. Hal itu tentu saja berlaku untuk pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Pemelajar BIPA pada umumnya datang ke Indonesia bukan hanya belajar bahasa dan budaya Indonesia melainkan dapat melakukan praktik budaya dengan orang Indonesia. Dengan begitu, mereka dapat memaksimalkan pengalaman belajar mereka.

Sejak Maret 2020, hal tersebut menjadi sulit dilakukan. Situasi yang mengharuskan setiap orang untuk tidak berinteraksi dengan orang lain dalam wujud nyata, membuat pengajar dan pemelajar bekerja sama mewujudkan pembelajaran daring yang menarik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Terlebih, untuk pemelajar, mereka harus menyiasati agar tetap bisa melakukan praktik budaya.

Beberapa pemelajar BIPA yang tinggal di Indonesia dan berdomisili di Bandung, memang tinggal di kawasan yang dekat dengan masyarakat. David, pemelajar asal Amerika Serikat menyebutkan dia masih bisa berbicara dan sesekali mengobrol dalam bahasa Indonesia dengan warga sekitar rumahnya. Begitu juga Tanya pemelajar asal Australia pernah ikut memasak makanan Indonesia dengan tetangga orang Indonesia.

“Walaupun situasi pandemi masih susah tetapi tidak ada masalah untuk saya”, ucap Tanya ketika ditanya tentang belajar BIPA online selama pandemi. Keterbatasan dalam situasi ini nyatanya tidak menyurutkan semangat mereka untuk tetap belajar bahasa Indonesia. Mempelajari bahasa dan budaya Indonesia di tengah pandemi menjadi tantangan tersendiri bagi mereka.

Saat ini David berada di Amerika, sudah tiga bulan yang lalu “mudik”. David ingin segera kembali ke Indonesia. “Orang Indonesia sangat terbuka, ramah dan sangat menerima orang luar itulah yang membuat saya rindu Indonesia, dan tetap semangat untuk belajar bahasa Indonesia”, tutur pemelajar BIPA yang sudah belajar bahasa selama kurang lebih satu tahun ini. David juga mengatakan orang Indonesia banyak membantunya dalam belajar bahasa dan budaya Indonesia.  [Ari Nursenja Rivanti]